JAKARTA — “Berbicara pariwisata tidak harus dipersepsikan sebagai kegiatan yang hanya menghambur – hamburkan atau membuang uang saja, karena konsep inovasi pariwisata bisa diperluas dan dipersepsikan secara positif seperti tertuang dalam program – program kreatif Prawita GENPPARI. Kosep dasar inovasi kepariwisataan di GENPPARI disingkat dengan PEREKAT, yaitu Produktif, Edukatif, Religius, Kreatif, Attraktif dan Tantangan. Ada banyak literatur kepustakaan alam yang selalu inspirasi untuk melahirkan ide – ide kreatif. Itulah sebabnya GENPPARI sering melakukan “Sambang Desa Meracik Wisata” untuk mengidentifikasi persoalan yang dihadapi kemudian berdiskusi untuk memberikan saran dan solusi. Termasuk berkunjung ke kampung Pramuka di Cigalontang Tasikmalaya," ujar Dede Farhan Aulawi ketika menjelaskan tentang Kampung Pramuka di Jakarta, Selasa (23/06/2020).
Selanjutnya Dede juga menjelaskan bahwa lokasi Kampung Pramuka ini mudah dijangkau karena letaknya tidak jauh dari kota Singaparna, tepatnya berada di Kampung Pasir Jenjing, Desa Lengkongjaya, Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya. Konsepnya sangat inovatif dan inspiratif karena mampu mengelaborasi konsep wisata yang dipadukan sebagai sarana dalam membentuk karakter manusia yang berbudaya dan berakhlaq mulia.
Penyebutan istilah “Kampung Pramuka” ini berawal dari Ketua Harian Kwarcab Pramuka Kabupaten Tasikmalaya Engkos Koswara saat melakukan kunjungan ke SD Pasir Jenjing setelah menjadi juara pada lomba gugus depan unggulan. Dalam kunjungan itu, ia dan rombongan disambut oleh penerima tamu yang merupakan ibu-ibu rumah tangga memakai baju pramuka. Juga tersedia bazar atau stand yang menyediakan makanan khas hasil bumi wilayah setempat. Saat menyampaikan sambutannya, secara spontan dia menyebut Pasir Jenjing sebagai Kampung Pramuka. Dan langsung dapat sambutan meriah warga.
Setelah itu, masyarakat dan kelompok pemuda yang tergabung dalam Paguyuban Sadulur dengan melakukan berbagai kegiatan, baik pengecatan rumah, bersih-bersih kampung, dan pembuatan terowongan bambu di jembatan Kampung Pasir Jenjing. Dibentuk juga penamaan-penamaan pramuka, seperti gang siaga, gang penggalang, gang penegak, dan lambang kitri di rumah warga.
Ajaran kepramukaan yang tertuang dalam Tri Satya diterapkan masyarakat dalam bentuk menjaga lingkungan agar tetap bersih, memanfaatkan halaman rumah dengan menanam bumbu dapur dan apotik hidup.
Dalam menerapkan konsep wisata kepramukaan pun cukup unik karena peserta tidak lagi tidur di tenda – tenda seperti kegiatan pramuka pada umumnya, melainkan di rumah penduduk sehingga terbangun hubungan emosional kekeluargaan yang baik. Saling menghormati, menghargai dan menjaga keseimbangan alam sebagai satu kesatuan yang utuh dalam kehidupan. Modal dasar kesederhaan, kesantunan, kesholihan, ketaatan spiritual dan kebersamaan ini ditanamkan betul sebagai model dalam menanamkan nilai – nilai dasar karakter generasi yang akan datang. Hal ini tentu sangat sejalan dengan program nasional untuk mewujudkan manusia Indonesia yang unggul.
“Semoga apa yang dikembangkan oleh kampung Pramuka ini bisa menginspirasi masyarakat Indonesia untuk memadukan kepariwisataan dengan pembangunan nilai – nilai luhur dan karakter kebangsaan. Prawita GENPPARI akan membantu untuk mensosialisasikan dan mempromosikannya, karena secara objektif nilai – nilai yang dikembangkan sangat baik dan sangat diperlukan untuk mewujudkan manusia unggul dan berkarakter. Oleh karenanya bagi mereka yang berminat untuk mengetahui lebih jauh tentang Kampung Pramuka ini, sebaiknya segera berkunjung dan banyak berdiskusi guna menemukan salah satu format wisata berkarakter," pungkas Dede mengakhiri perbincangan.
(*)
Editor : Ingatan