BAGANSIAPIAPI (ROHIL) — Penerapan New Normal yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) sejak beberapa pekan lalu ternyata membuat sebagian besar masyarakat salah tanggap. Pasalnya, sebagian besar masyarakat menilai bahwa Rohil telah terbebas dari penyebaran virus Covid-19, sehingga mereka kembali beraktifitas seperti biasanya. Menyikapi persoalan tersebut Bupati, H. Suyatno, Amp menegaskan kepada seluruh masyarakat bahwa New Normal bukan berarti bebas dari penyebaran virus Covid-19.
Penegasan itu di sampaikan bupati saat diwawancarai usai membuka Seminar Umum "Tantangan Hidup New Normal di Era Pandemic 19" yang di taja Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Rohil, pada Kamis (18/06/2020) di Gedung Serbaguna, Bagansiapiapi. "Bila bicara Riau, hanya daerah kita dengan Kuansing saja yang belum ada kasus positif Covid-19. Tapi, belakangan dikabarkan Kuansing sudah mulai ada 2, 3 temuan kasus dan mereka yang terjangkit itu adalah pendatang," kata bupati.
"Munculnya kasus ini tidak terlepas dari kurangnya kesadaran masyarakat dan menganggap bahwa daerahnya sudah bebas dari virus Covid-19. Akibatnya, orang luar bebas masuk sehingga tampa di sadari dan diduga kasus pun muncul. Hal inilah yang perlu di wanti-wanti agar tidak muncul di Rohil walau hingga dengan detik ini belum adanya temuan kasus positif," jelas bupati.
"Riau hanya tinggal Rohil saja yang masih 0 kasus. Namun demikian, saya tetap minta Dandim dan Kapolres memberlakukan posko Covid-19 walau daerah kita ini masih tetap zona hijau, dan telah di berlakukannya new normal," terang bupati. Kabupaten Rohil, di sebut-sebut sebagai daerah pilot projek di Riau karena dinilai berhasil memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19 hingga detik ini sehingga tidak adanya temuan kasus.
"Kita tidak terima begitu saja walau di sebut Rohil pilot projek di Riau," terang bupati. Sebab sambungnya, Rohil punya hubungan emosional dengan beberapa daerah seperti Dumai, Bengkalis, Duri dan Pekanbaru yang mana setiap harinya warga Rohil bolak-balik ke daerah tersebut. Hal ini tentu bisa memicu munculnya kasus. "Jangan mentang-mentang new normal seenaknya saja," ketus bupati.
Kemaren fotografer, pengusaha tenda dan keyboard minta ke bupati untuk diizinkan warga mengelar pesta karena banyaknya orang yang mau menggelar hajatan seperti pesta kawin dan kitanan. "Saya bilang tidak bisa. Kita tak jamin bila nanti diizinkan warga mengelar pesta kasus tidak muncul," paparnya. New Norman ini maksudnya membuka kehidupan baru. Akan tetapi, bukan berarti serta merta warga bebas beraktifitas tampa peduli dan tidak menghiraukan keadaan.
Warga harus tetap patuhi protokol kesehatan. Kalau beraktifitas harus senantiasa mengunakan masker dan membersihkan diri dengan mencuci tangan serta senjauhi kerumunan. "Pemerintah hanya ingin menyelamatkan masyarakatnya. Tak ada yang berani jamin daerah kita aman. Makanya walau pemerintah Provinsi Riau mengizinkan wilayah zona hijau membuka kembali sekolah tapi saya belum berani mengizinkan hal itu di Rohil," ungkap bupati.
Menyikapi kegiatan seminar yang di gelar IDI Rohil terkait tantangan hidup new normal di era Pandemic 19 bupati mengaku sangat mendukung dan memberikan apresiasi. "Saya apresiasi dan terima kasih kepada dokter selaku garda terdepan. Bila ada isu miring biarkan saja kita seperti air mengalir saja jalan terus," pinta bupati. Namun, ajaklah masyarakat saling bahu membahu membantu tugas memutus mata rantai penyebaran virus Covid 19 ini.
Sebab, lanjut orang nomor satu di Rohil ini, pemerintah tak bisa bekerja sendiri walau di bantu pihak kepolisian, Kodim dan Kejaksaan. "Untuk memastikan daerah kita aman Covid 19, kita semua khususnya masyarakat harus kompak bersama-sama menangani Covid 19. Kalau pemerintah dan Forkopimda saja yang bergerak tidak akan mampu," tandasnya.
***(erik)
Editor: Ingatan