ROKAN HILIR - Diduga kurangnya pengawasan dan tindakan tegas dari Dinas terkait, belasan Guru pengajar yang ada di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 016 Sekeladi, Kepenghuluan Menggala Sakti, Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rohil, dimana pada Rabu (11/03/2020) Guru-guru tersebut tidak masuk dan tidak memberikan keterangan, diketahui hanya beberapa guru saja yang hadir.
Sementara itu, beberapa waktu lalu guru-guru tersebut telah menerima hak mereka dari pemerintah lewat program Dana Boss yang disalurkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) kesekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Rokan Hilir. Semestinya hal ini menjadi motivasi bagi tenaga pendidik untuk memenuhi kewajiban mereka hadir dan memberikan pelajaran kepada anak didik, tapi sangat disayangkan besarnya anggaran yang digelontorkan Pemerintah melalui Dana Boss tidak sesuai dengan kinerja para tenaga pengajar yang ada di SDN 016 Sekeladi khususnya.
Diketahui, hanya beberapa guru yang hadir pada Rabu (11/03) salah satunya Remisah selaku Kepala Sekolah dan Guru kelas 4, Guru Kelas 2a, Guru Honor, serta invetaris barang. menurut Remisah ada beberapa guru yang memberikan keterangan kepadanya dengan alasan yang jelas, seperti cuti melahirkan, izin karena anak sakit, serta izin urusan sekolah.
"Memang ada 3 guru yang memberi keterangan kepada saya, yaitu cuti melahirkan, cuti karena anaknya sakit yang kebetulan guru tersebut seorang single parents jadi mengurus anaknya sendiri dan itu bisa saya maklumi, serta izin yang memang perintah dari saya untuk mengurus pajak sekolah ke Bagan Siapi-api." kata Remisah.
Dari hasil investigasi dilapangan diketahui total guru yang mengajar di SDN 016 tersebut ada 20 orang tenaga pengajar, ada yang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan juga yang masih tenaga honorer yang tersetifikasi.
Saat ditanya ada berapa guru kelas yang tidak hadir, Remisah mengatakan, "Kami memiliki 20 tenaga pengajar yang ada didalam Rombel (Rombongan Belajar) diluar inventaris barang dan operator sekolah, jadi kalau ditotalkan ada sekitar 11 orang guru yang tidak memberikan keterangan," terangnya.
Remisah mengakui pihaknya sudah melakukan kordinasi kepada Imron selaku pengawas sekolah terkait guru-guru yang tidak memberikan keterang baik itu secara lisan maupun secara tertulis kepadanya, hal ini ia lakukan karena semenjak dirinya memimpin sekolah tersebut hal serupa sudah berulang-ulang ia rasakan, tapi kali ini yang terbanyak.
"Saya sudah laporkan kepada pengawas, karena saya merasa mereka tidak menghargai saya selaku pimpinan mereka disekolah ini dan jenjangnya sesuai prosedur yang berlaku, dan pengawas memberikan saran agar dilakukan pemanggilan secara internal dulu." Jelasnya.
Ketika awak media mencoba menanyakan terkait hal ini kepada Imron selaku pengawas sekolah melalui telphone seluler serta pesan WhatsAppnya, hingga berita ini diterbitkan awak media tidak mendapat tanggapan, sementara pesan WhatsApp hanya dibaca, diduga Imron enggan memberikan tanggapan karena apabila ia membeberkan hal ini, jabatannya sebagai pengawas seolah tidak berfungsi.
***(alx)