![]() |
Pekerja tengah melakukan pemasangan pipa gas milik PGN. |
Hal itu tertuang dalam penandatanganan kerja sama antara ketiga pihak. Nantinya, PGN akan memanfaatkan lahan Jasa Tirta di Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, dan Kabupaten Karawang yang akan digunakan untuk penanaman pipa gas.
Direktur Utama Perum Jasa Tirta II Djoko Saputro menjelaskan, PGN akan menyewa lahan PJT pada 2017 hingga 2022 mendatang. Ini merupakan kelanjutan dari perjanjian sewa lahan yang dilakukan sebelumnya.
“Ini bentuk bagaimana BUMN bisa saling memanfaatkan fasilitas atau aset dari masing-masing sehingga memberikan keuntungan bagi dua belah pihak,” kata Djoko melalui siaran pers dikutip Jumat (10/11).
Selain itu, PGN juga akan menggunakan lahan milik Hutama Karya untuk membangun pipa transmisi Duri-Dumai yang direncanakan memiliki panjang 67 kilometer (km).
Rencananya, bagian ruas pipa sepanjang 40 km akan dibangun di atas proyek tol Pekanbaru-Dumai yang saat ini sedang dibangun Hutama Karya dan tengah memasuki fase konstruksi.
Pada proyek pipa transmisi Duri-Dumai, PGN juga bekerjasama dengan PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya, PT Pertamina Gas (Pertagas). Sebab, merujuk pada Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 4975 K/12/MEM/2016, PGN dan Pertamina ditunjuk pemerintah sebagai badan usaha pengelola ruas pipa ini.
Maka itu, perjanjian kerja sama lahan antara PGN dan Hutama Karya tentu ikut melibatkan Pertamina. Dengan kepastian kerja sama tersebut, Direktur Infrastruktur dan Teknologi PGN Dilo Seno Widagdo optimistis gas yang melalui ruas pipa Duri-Dumai sudah bisa mengalir tahun depan.
“Ini sekaligus upaya perusahaan untuk mempercepat proses pembangunan karena sebagian besar lahan sudah dibebaskan. Target kami per 1 Oktober 2018 gas bumi sudah mengalir ke pelanggan di Dumai,” jelas Dilo.
Hingga kuartal III 2017, PGN telah memiliki infrastruktur pipa gas sepanjang 7.450 kilometer (km). Pipa tersebut mengalirkan gas ke 1.739 industri manufaktur dan pembangkit listrik, 1.984 pelanggan komersial dan Usaha Kecil Menengah (UKM), dan 177.710 pelanggan rumah tangga.
Sumber: cnnindonesia.com