Duterte mengatakan, ia justru akan semakin tidak rela jika generasi muda Filipina hancur karena pemerintah tidak menindak tegas para pengedar narkoba di negaranya. (Reuters/Erik De Castro) |
JAKARTA, (AR) -- Di tengah kecaman internasional atas pembunuhan tanpa proses hukum jelas di Filipina, Presiden Rodrigo Duterte tetap berkeras akan menjalankan perang narkobanya. Duterte menegaskan, keputusan ini diambil demi kepentingan negaranya dan bukan berarti dia tak menghargai nyawa manusia.
"Jangan salah paham. Saya menghargai nyawa manusia layaknya diri saya sendiri. Setiap hidup yang terenggut berarti hilang satu generasi," ujar Duterte dalam pidato laporan tahunannya di hadapan Kongres, Senin (24/7).
Duterte kemudian mengatakan, ia justru akan semakin tidak rela jika generasi muda Filipina hancur karena pemerintah tidak menindak tegas para pengedar narkoba di negaranya.
"Meski pun ditekan, pertempuran ini tidak akan berakhir sampai mereka yang bercokol di sana memahami bahwa mereka harus berhenti karena pilihannya hanya penjara atau neraka. Saya memastikan, mereka tidak akan menikmati kemewahan dari keserakahan dan kegilaan," katanya.
Sang presiden lantas menyindir komunitas internasional yang mengkritik upayanya ini. Menurutnya, organisasi-organisasi tersebut lebih baik menggunakan pengaruhnya untuk mengedukasi orang akan bahaya narkoba.
"Kalian lebih baik menggunakan pengaruh untuk mengedukasi masyarakat akan jahatnya narkoba, ketimbang mengecam pemerintah dan menyalahkan mereka karena menbunuh orang-orang jahanam itu di negaranya," ucap Duterte sebagaimana dikutip Inquirer.
Kampanye perang narkoba Duterte ini memang dikecam oleh banyak pihak karena dianggap tak memedulikan hak asasi manusia. Sejak digencarkan tak lama setelah Duterte menjabat pada tahun lalu, setidaknya 8.000 pengedar narkoba tewas tanpa proses peradilan jelas.
Duterte mengatakan, sebagian memang mati di tangan polisi, sementara yang lainnya merupakan korban dari pertarungan antar-kartel narkoba di negaranya. (cnnindonesia)