ROKAN HILIR - Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) hingga dengan tahun ini masih sangat serius dalam upaya penurunan angka kasus Stunting. Upaya ini salah satunya dilakukan oleh Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A), yakni melalui kegiatan orientasi dan sosialisasi di tingkat Kelurahan/ Kepenghuluan. Melalui orientasi dan sosialisasi tersebut diharapkan pihak Kelurahan/ Kepenghuluan dapat meningkatkan peran mereka dalam konvergensi penurunan stunting terintegrasi.
Kepada kepala DP2KBP3A Rohil, Ir Sri Rahayu.M.si melalui, Penyuluh Keluarga Berencana perwakilan BKKBN Prov Riau, Joni Fargo, Sabtu (17/9/202) di Bagansiapiapi mengungkapkan untuk menekan angka kasus stunting di Rohil tenaga kader posyandu maupun kader tim pendamping keluarga (TPK) di tingkat Kelurahan/ Kepenghuluan turut di optimalkan. Yakni dengan melakukan pendampingan pada keluarga berisiko stunting
"Percepatan penurunan kasus stunting di Rokan Hilir ini dilakukan berdasarkan Perbup no 17 tahun 2022 diharapkan Kelurahan/ Kepenghuluan dapat meningkatkan peran dalam konvergensi penurunan stunting terintegrsi, " akunya. Bagi warga masyarakat yang mungkin belum memahami apa itu Stunting, dirinya juga turut memberikan penjelasan.
Stunting sendiri sebenarnya merupakan keadaan gagal nya pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Penyebab utama stunting adalah akibat kekurangan gizi kronis pada waktu yang cukup lama.
Sehingga terjadi nya stanting pada anak dapat mengganggu pertumbuhan tubuh dan otak pada anak. Stunting menyebabkan anak memiliki tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan anak-anak lain yang seusia dengannya. Stunting juga menyebabkan keterlambatan perkembangan cara berpikir.
Stunting sebenarnya masih dapat dicegah jika orang tua mengambil langkah-langkah penting dalam dua tahun pertama kehidupan seorang anak. Jika anak tidak mendapatkan makanan dan perawatan yang tepat selama waktu khusus itu, efeknya bisa sangat berbahaya. Bisa di katakan hampir 30 % anak yg terganggu pertumbuhan dan perkembangan dari anak di seluruh dunia terkait dengan kondisi ini.
Untuk di Rohil, Tim pendamping keluarga bertugas mengedukasi, sosialisasi dan screening pencegahan stunting pada 3 kelompok sasaran, yaitu calon pengantin, ibu hamil, dan keluarga yang memiliki anak berusia kurang dari 2 tahun. Ketiga kelompok ini merupakan yang paling rentan mengalami kasus stunting. Deteksi dini terhadap resiko stunting terus digencarkan.
"Keberadaan tim pendamping keluarga diharapkan bisa memperluas cakupan penemuan potensi stunting di masyarakat, sehingga semakin awal ditemukan, akan semakin cepat dapat ditanggulangi," harapnya. Dari 18 total jumlah Kecamatan yang ada di Rohil terdapat 15 Kepenghuluan yang menjadi Lokasi Khusus (Lokus) Stunting di tahun 2022 ini dan pihak DP2KBP3A juga berupaya mengorientasi pembentukan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) di Kecamatan.
TPPS merupakan kerja lintas sektoral dalam rangka penanganan stunting dan tugas awal tim tersebut yakni mengidentifikasi dan menginventarisir wilayah yang membutuhkan perhatian khusus. Keberadaan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) tentunya diharapkan mampu secara signifikan menekan prevalensi stunting yang ada di Kabupaten Rohil, karena sesuai dengan target nasional pada tahun 2024, dimana angka stunting agar mampu mencapai 14 persen, tandasnya. (Erik)
