Maka tak heran saat ini banyak orang yang melakukan usaha budidaya Kerang tersebut. Potensi budidaya Kerang didaerah perairan Rohil ini bisa dikatakan sangat menjanjikan dan mampu mengangkat perekonomian. Untuk di ketahui bahwa sanya program budidaya Kerang ini telah dilaksanakan oleh Pemkab Rohil sejak tahun 2003 lalu.
Kegiatan budidaya Tambak Kerang itu terus berlanjut dari tahun ketahun, dan bahkan hasil kerang yang hanya dilakukan didua wilayah pesisir yakni Kecamatan Pasir Limau Kapas dan Sinaboi itu telah mampu memenuhi kebutuhan lokal seperti kota-kota besar dipropinsi Riau hingga ke propinsi Sumatra Utara (Sumut) dan Negara Malaysia. Tambak Kerang yang sebelumnya hanya memenuhi pinggiran pantai sekarang sudah meluas akibat dari semakin bertambahnya jumlah pelaku budidaya Kerang.
Berdasarkan pengakuan sejumlah nelayan khusus untuk Tambak Kerang di wilayah perairan Kecamatan Sinaboi saat ini telah melebar hingga mencapai 8 kilo meter (KM) atau sekitar 4,31965 Mil Laut (ML) dari bibir pantai mengarah laut tengah. Walau usaha ini sangat menguntungkan bagi pelaku usaha dan pedagang Kerang, namun disisi lain saat ini nelayan ikan yang melakukan penangkapan mengunakan jaring justru dirugikan atas keberadaan Tambak tersebut.
Bagaimana tidak, lokasi penangkapan ikan yang nelayan ini datangi setiap harinya dengan membentangkan jaring kini sudah di penuhi Tambak Kerang. Sebenarnya keberadaan Tambak ini tidak menggangu para nelayan akan tepati, kayu dari tiang penyanggah Tambak lah yang justru menyulitkan nelayan membentangkan jaring mereka. Bila di paksakan membentang jaring maka akibatnya jaring tersebut akan mengalami kerusakan akibat tersangkut.
Hal inilah seperti yang di keluhkan oleh dua nelayan asal Kepenghuluan Parit Aman, Ali dan Serusa, Ab. Kondisi itu menurut keduanya Senin (28/2/2022) di Bagansiapiapi sudah berlangsung hampir dua tahun terakhir. "Kami para nelayan berjumlah lebih kurang 30 orang dari Parit Aman dan Serusa berencana akan mendatangi Kantor Dinas Perikanan Rohil untuk menyampaikan keluhan yang kami alami selama ini. Bukanya mendapatkan hasil tangkapan yang lebih akan tetapi kondisi hidup kami kini semakin terpuruk akibat Tambak Kerang ini," kata Ab.
Bagaimana bisa mendapatkan ikan bila untuk membentang jaring saja sangat sulit, tambah Ali yang mengaku kalau jaringnya kini banyak yang mengalami kerusakan akibat tersangkut tiang penyanggah Tambak yang jumlahnya tidak terhitung. Ia mengaku untuk satu bal jaring siap pakai harganya mencapai sekitar Rp600 ribu, namun itupun bila di olah sendiri.
"Untuk mendapatkan tangkapan yang banyak tentu di butuhkan jaring yang banyak. Bayangkan kalau ada tiga saja jaring yang rusak sudah berapa kerugian yang kami alami," keluh Ali. Kalaupun bisa di perbaiki tentu akan membutuhkan waktu yang tidak sebentar karena memperbaiki jaring ini pekerjaannya sangat rumit dan cukup lama, harus libur dulu melaut agar jaring yang rusak bisa di gunakan lagi.
Atas dari kondisi yang di alami saat inilah mereka berniat untuk menemui pihak Dinas Perikanan yang di rencanakan Rabu nanti. Namun, sebelum itu mereka lakukan pada Senin malam kedua nelayan ini mencoba melakukan koordinasi dengan Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Rohil, Jonnaidi. Dari hasil koordinasi tersebut Jonnaidi mengaku akan membantu para nelayan dengan menjembatani pertemuan dengan pihak Dinas Perikanan Rohil.
"Pokoknya saya siap membantu para nelayan tanpa adanya keberpihakan terhadap pemilik Tambak Kerang. Nanti saya juga akan pertemukan antara nelayan dengan para pemilik Tambak dengan menghadirkan pihak Dinas Perikanan sebagai penengah bagaimana agar persoalan ini ada solusi dan jalan keluar yang baik," kata Jonnaidi.
Keberadaan Tambak Kerang yang semakin meluas ini telah menimbulkan hal buruk bagi nelayan dan ini harus segera di carikan jalan keluarnya. "Persoalan ini harus cepat kita tanggapi karena menyangkut soal kehidupan para nelayan. Kalau mereka terus-terusan mendapatkan hasil tangkapan yang sedikit ini tentu akan berdampak bagi ekonomi dan kehidupan mereka. Terus bagaimana jalan keluarnya, nah makanya insyallah Rabu ini akan kita adakan pertemuan antara nelayan dengan para pemilik Tambak Kerang," aku Jonnaidi.
Walau bagaimanapun harus ada jalan keluarnya dan nelayan tidak boleh lagi di rugikan akibat keberadaan Tambak Kerang ini. Akan tetapi, di sisi lain para pelaku budidaya Kerang selaku pemilik Tambak juga perlu di pikirkan bagaimana mereka juga tidak di rugikan. "Apa hasilnya nanti akan kita sampaikan melalui media, saya selaku Ketua HNSI Rohil akan berupaya semaksimal mungkin mencarikan jalan keluarnya nanti tanpa merugikan baik bagi nelayan maupun bagi pemilik Tambak Kerang," tandasnya. (Erik)