PELALAWAN - Dr. Elviriadi Pakar Lingkungan: Adanya Sejumlah perusahaan di Riau yang tidak memberikan plasma pada masyarakat lokal membuat pakar lingkungan hidup Dr.Elviriadi naik pitam kacau lah itu jangan mau untungnya aja berlipat jadi konglomerat sementara masyarakat riau jadi melarat
Kepala Departemen Perubahan Iklim Majelis Nasional KAHMI itu memaparkan plasma itu kewajiban pengusaha yang disanggupi Kementerian ATR/BPN.
Karna itu sudah kewajiban negara dan pengusaha. Ada keseimbangan tata kelola sumberdaya alam dan keadilan distributif. Saya dengar, sampai sampai Wakil Ketua Komisi IV DPR Edhy Prabowo mau cabut izin. Wajarlah, perusahaan perkebunan harus mematuhi ketentuan yang ada dalam UU Perkebunan, termasuk menyangkut kewajiban pembangunan plasma. Kalau macam macam kan dapat diambil setiap saat, statusnya kan milik negara., " ungkapnya. Jumat (04/02/2022).
Elviriadi menilai, UU No. 39/2014 tentang Perkebunan, perusahaan perkebunan hanya diwajibkan menfasilitasi kebun plasma yang luasnya setara dengan 20% konsesi perusahaan. Teknisnya, sambung akademisi yang kerap jadi ahli dipengadilan itu, setiap hendaknya
mengurus izin perkebunan, KLHK harus mengamanatkan hal tersebut dalam surat keputusan pelepasan kawasan hutan untuk perkebunan kelapa sawit. Begitu pula dengan Kementerian Agraria dan Tata Ruang yang mencantumkan surat pernyataan kesanggupan membangun plasma dalam surat sertifikat hak guna usaha (HGU), " imbuhnya.
Malangnya, kata Dr Elv, perusahaan ada yang tidak memperdulikan Jadi kita ini mau jadi negara macam apa. Tak ada tata kelola kehutanan dan perkebunan. Tak mau diatur perundangan. Apa gak bikin blunder dan konflik horizontal, tanya Dr Elv heran.
Makanya saya dukung beberapa elemen masyarakat yang langsung ke Kanwil BPN Riau menolak Perpanjangan HGU di Rohil.
Macam yang dilakukan adik adik Almasri (Aliansi Masyarakat Sipil Rokan Hilir) itu dah keren. Apa nunggu kiamat baru masyarakat Riau ini berfikir kritis tentang nasib mereka sendiri. Alamat kepunan lah. Kepenunan telouw temakol-lah, Wak! Pungkas peneliti gambut yang istiqamah gundul kepala demi hutan.****